“Apakah kamu mulai berfikir terhadap tindakanmu selama ini?”
“Berfikirlah tentang apa yang kamu hasilkan dan kamu konsumsi.”
Dua kalimat di atas merupakan kalimat pembuka dari film bertajuk “Human Footprint” yang diputar dalam acara “Markinon” (MARi KIta NONton) pada hari Jumat (18.02.11) yang diselenggarakan oleh YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi) dan Common Room. Markinon kali ini bertempat di 'markas' Common Room di Jalan Kyai Gede Utama No. 8 Bandung. Seperti biasa, acara rutin yang diadakan YPBB ini dijadwalkan pukul empat sore. Namun ketika sampai disana, saya hanya menemukan beberapa orang saja. Masih sepi. Mungkin memang waktu belum menunjukan pukul empat sore. Sembari menunggu teman-teman yang lain datang, Teh Anil pun mengajak kami bermain kartu. Tapi hei, bukan kartu sembarang kartu, melainkan kartu yang mengajak kita bercerita mengenai diri kita. Kalau penasaran, silahkan datang pada kesempatan Markinon berikutnya. Dengan senang hati Teh Anil akan mengajak kalian bermain, hehe. Karena keasikan bermain, saya jadi tidak sadar ternyata kuantitas peserta Markinon pun bertambah. Kang Taruna selaku MC pada kegiatan Markinon kali ini segera membuka acara. Setelah saling memperkenalkan diri dan persiapan teknis selesai, kami pun duduk manis di depan layar putih ajaib yang akan menampilkan gambar-gambar bergerak juga suara. Dan film pun dimulai....
Pernahkah terbayang oleh kita, berapa banyak makanan yang kita makan, minuman yang kita minum, air yang kita gunakan untuk mandi, menyiram, mencuci, dll, pakaian yang kita beli, serta bahan bakar yang kita gunakan, juga segala hal yang membuat kita bergantung padanya selama kita hidup?
Mungkin selama ini kita berfikir bahwa itu hanya hal kecil atau bahkan tidak pernah terfikirkan sama sekali. Kita terus berfikir bahwa apa yang kita lakukan terhadap bumi kita tidak terlalu berarti dan berdampak kecil terhadap sekeliling kita. Kita salah, sebagai individu, setiap satu orang dari kita memberikan kontribusi, memberikan dampak, dan memberikan jejak.
Di dalam film ini, dipaparkan perkembangan manusia selama 77 tahun, sembilan bulan dari masa bayi hingga tua. Dari apa yang kita makan, apa yang kita minum, sampai apa yang biasa kita konsumsi di setiap fase hidup kita, sejak bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga tua.
Bahkan sebelum dewasa, kita sudah menimbulkan dampak bagi bumi ini. Betapa tidak, 2,5 tahun pertama di dalam hidup, kita selalu menggunakan popok. Demi kenyamanan, kemudahan, dan kebersihan, maka para orang tua lebih memilih popok sekali pakai. Rata-rata setiap hari satu bayi menghabiskan empat buah popok. Berarti 1518 popok/bayi selama setahun. Lalu kalikan dengan jumlah bayi yang ada di dunia. Yang pasti akan jadi jumlah yang banyak sekaliiiiiiiiiii....
Fakta mengejutkan mengenai air : Rata-rata orang mandi 28.433 kali selama hidupnya. itu membutuhkan lebih dari 700.000 galon air, cukup untuk mengisi 4 kolam renang besar. Selain mandi, banyak sekali kegiatan manusia yang menggunakan air, seperti menyiram, mencuci pakaian, mencuci mobil, mencuci piring, mencuci tangan, dan masih banyak lagi. Bayangkan berapa banyak jumlah air yang dibutuhkan dengan populasi penduduk dunia yang kian bertambah.
Setelah mandi, biasanya kita akan menggunakan kosmetik untuk menyempurnakan penampilan kita. Bedak, pelembab kulit, parfum. Ada fakta memalukan yang dibagi dalam film ini : Dalam setahun orang Amerika menghabiskan lebih banyak uang untuk kecantikan ketimbang pendidikan.
Lalu bagaimana dengan sampah yang kita hasilkan? Yang kita tahu, ketika benda atau sampah dibuang, masalah selesai. Tapi sebenarnya itu sama sekali belum berakhir. Sampah plastik, sampah kaca, sampah aluminium, sampah kaleng, sampah kertas dikirim setiap orang ke TPA sekitar 64 ton (58.000 kg) sepanjang hidupnya. Ingat, jumlah ini hanya untuk satu orang, kita tinggal mengkalikan dengan jumlah penduduk di muka bumi ini.
Kebutuhan kita terhadap pakaian pun tidak bisa dianggap remeh. Kita mempunyai pakaian dalam berbagai gaya, karena pakaian yang kita pakai lebih dari sekedar kain penutup tubuh. Koleksi pakaian kita pun beragam, menyesuaikan dengan situasi. Ketika sedang di rumah, jalan-jalan, gaya formal, sampai yang sedang tren. Sepatu, tas, jas, jaket, blus dan celana jeans. We have them all!! Setidaknya dibutuhkan 524 galon air (1.983 liter), 1/3 pon (151 gram) bahan kimia, dan beberapa benang kapas untuk membuat sebuah kaos. Bayangkan ada berapa kaos di rumahmu! Dan itu hanya kaos, belum lagi yang lainnya. Berbicara tentang jejak, sebagian besar celana jeans diproduksi di luar negeri, sehingga rata-ratasatu jeans telah mengalami perjalanan sejauh 20.000 mil sebelum kita memakainya kemana-mana.
Setiap hal dapat meninggalkan jejak. Kita ambil contoh prambut, sebuah barang elektronik kecil. Tapi dalam jangka seumur hidup, rata-rata orang yang menggunakannya akan membakar ¾ ton batu bara hanya untuk mengeringkan rambutnya. Batu bara adalah bahan bakar fosil yang mengandung 40-90% karbon. Ketika dibakar, akan melepaskan karbon dioksida dan mengakibatkan gas efek rumah kaca, yang berakumulasi di atmosfer, menangkap panas ke dalamnya dan mengubah iklim kita. Ada banyak cara untuk mengurangi carbon footprint, masing-masing dari kita bisa menghemat ½ ton emisi karbon dioksida setuap tahun, hanya dengan mencabut barang elektronik kita ketika tidak digunakan. Semudah itu kan? Memang kadang kita lupa, tapi mari dari sekarang kita mulai biasakan kebiasaan tersebut. Tidak ada kata terlambat untuk menyelamatkan bumi kita. Ide-ide lain yang bisa kita terapkan dalam usaha mengurangi jejak karbon dapat dilihat di www.natgeohumanfootprint.com
Berbicara tentang sampah elektronik (seperti tema Markinon bulan Januari), telepon genggam merupakan salah satu barang elektronik yang paling digemari oleh setiap orang di penjuru dunia. Saat ini telepon genggam telah beralih dari barang mahal menjadi barang sekali pakai. Karena model terbaru terus diluncurkan, setiap tahunnya orang-orang membuang 125 juta telepon genggamnya yang lama. Setiap telepon terdiri dari 40% logam, 40% plastik, dan 20% keramik dan elemen lainnya. Telepon genggam terbuat dari berbagai komponen. Otak telepon genggam merupakan papan sirkuit kecil yang terbuat dari bahan tambang, seperti tembaga, emas, timbal, nikel, seng, berilium, dan mineral alami yang kurang dikenal bernama coltan. “Coltan, yang merupakan komponen kunci, terbuat dari columbium dan tantelite. Tantelite adalah sebuah logam padat keras langka yang sangat tahan terhadap suhu tinggi dan korosi dan panas yang luar biasa dan konduktor elektrik. Tantelite itulah yang dapat membuat telepon genggam menjadi sangat kecil, tapi tantangan besarnya adalah untuk mencari bahan baku unik ini.” 80% coltan dunia di peroleh dari pertambangan hutan hujan di Kongo, Afrika. Daerah ini merupakan rumah bagi gorilla, endoskopi, gajah, dan kera, tapi aktivitas pertambangan mengganggu habitat mereka, sama halnya dengan menarik para penambang ilegal. Aktivitas penambangan coltan juga melakukan penangkapan manusia. Penduduk pribumi telah dirampas dan pemasukan dana telah membantu mendanai kesejahteraan gorila di daerah tersebut. Walaupun kita berada bermil-mil jauhnya dari tempat telepon selular berasal, kita dapat mengurangi dampaknya. “Apabila semua orang tidak membuang telepon selularnya, melainkan mendaur ulangnya, kita bisa menggunakan kembali logam-logam tersebut dan menyelamatkan sumber daya alam, margasatwa, dan bahkan kehidupan manusia.”
Walaupun ada sedikit masalah teknis, tapi acara Markinon-nya tetap seru. Karena kita selalu mendapat ilmu baru, informasi baru, dan juga teman baru. Ilmu dan informasi yang tidak hanya numpang lewat di kepala, tetapi dapat kita terapkan di kehidupan sehari-hari. Dari yang awalnya tidak tahu, menajdi tahu. Dan yang awalnya tahu, menjadi semakin tahu dan mengerti. Hal kecil yang kita lakukan pada atau untuk bumi ini akan sama-sama menimbulkan dampak juga meninggalkan jejak. Jangan pernah ragu berbuat sesuatu untuk menyelamatkan bumi walaupun itu hanya dengan langkah yang kecil. Langkah atau upaya kecil yang dilakukan bersama-sama, akan sangat membantu mengurangi efek-efek negatif di bumi ini.
Mari kita simak komentar singkat dari dua teman kita yang ikut dalam kegiatan Markinon bulan Februari....
Iza : “Menarik! Satu kalimat yang paling berkesan di Markinon : kita harus menjaga numi ini bukan karena kita akan mewariskannya kepada anak cucu kita. Tapi karena kita meminjam fasilitas yang ada di bumi.”
Thatha : “Markinon asyik, nambah pengetahuan yang gak kita tahu dan jadi lebih mengerti aja tentang bahaya plastik.”